METABOLISME (MATERI)

PENDAHULUAN 

Setiap makhluk hidup memerlukan zat makanan dan energi untuk melakukan berbagai aktivitasnya, baik aktivitas yang sangat ringan seperti bernapas, berdetaknya jantung, hingga aktivitas yang berat seperti bekerja berlari, dll.  Untuk memperoleh zat makanan tumbuhan membuatnya sendiri melalui proses anabolisme yaitu proses fotosintesis yang memerlukan energi cahaya matanarh, dan beberapa jenis bakteri dapat membuat makanannya sendiri melalui proses kemosintesis.  Manusia dan hewan memperoleh zat makanannya dengan memakan organisme lain.  Dengan demikian manusia dan hewan termasuk organisme heterotrof.  

Untuk memperoleh energi, tumbuh, berkembang biak, dll, maka manusia perlu memakan makanan yang mengandung zat gizi.  Makanan yang masuk ke dalam tubuh kemudian akan dicerna.  Hasil pencernaan zat makanan tersebut berupa sari-sari makanan atau yang dikenal dengan nutrisi, akan diangkut ke sel-sel tubuh.  Di dalam sel-sel tubuh nutrisi tersebut akan dimetabolisme.  Melalui proses yang disebut katabolisme tesebut zat makanan akan diubah menjadi energi dalam bentuk ATP.  

Dalam proses metabolisme diperlukan zat yang berfungsi sebagai katalis atau memercepat terjadinya reaksi.  Zat yang berfungsi sebagai katalis atau mempercepat terjadinya reaksi metabolisme di dalam tubuh makhluk hidup tersebut adalah enzim.  Dengan demikian enzim disebut sebagai biokatalisator.      


ENZIM

Pengertian Enzim 

Enzim berasal dari kata Yunani zyme = ragi.  Enzim adalah protein yang bertindak sebagai katalis (meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam tubuh) di dalam tubuh makhluk hidup.  Enzim disebut juga sebagai biokatalisator, yaitu bekerja sebagai katalis di dalam tubuh makhluk hidup.


Pembentukan enzim 

Enzim dibentuk di dalam sel-sel hidup.

Komponen enzim meliputi:

Komponen yang tersusun atas protein, disebut apoenzim 

Komponen non protein, berupa ion anorganik atau komponen anorganik, yang disebut kofaktor.  Enzim yang terikat dengan kofaktor disebut holoenzim.  


Beberapa jenis kofaktor antara lain:

Ion-ion anorganik,  misalnya ion klorida, dan kalsium.  

Gugus prostetik, merupakan gugus yang terdiri dari molekul-molekul organik yang terikat rapat dengan enzim.  

Fungsi gugus protestik adalah sebagai kofaktor yang berperan memberi kekuatan tambahan terhadap kerja enzim.   

Contoh gugus protestik adalah heme, yaitu suatu molekul berbentuk cincin pipih yang mengandung besi, diantaranya katalase, peroksida, dan sitokrom oksidase, yang terlibat dalam respirasi sel. 

Koenzim, merupakan kofaktor yang terdiri dari molekul organin non protein kompleks yang terikat renggang dengan enzim.  

Fungsi koenzim adalah memimdahkan gugus kimia, atom, atau elektron dari satu enzim ke enzim lain.  

Contoh koenzim adalah vitamin, dan turunan vitamin, misalnya NAD+ (Nicotinamide adenin dinukleotida)


Sifat-Sifat Enzim

Sifat-sifat kerja enzim antara lain:

a. Selektif, artinya enzim hanya bekerja pada zat  tertentu

b. Spesifik, artinya hanya  reaksi tertentu yang dapat dikatalisasikan oleh enzim

c. Efisian, artinya enzim dapat menurunkan energi aktivasi. 

d. Enzim adalah biokatalisator, artinya enzim mempercepat suatu reaksi, tetapi enzim sendiri tidak ikut bereaksi.   Percepata reaksi tersebut terjadi karena enzim dapat menurunkan energi penggerak (Energi aktivasi)

e. Enzim bekerja bolak-balik, artinya kerja enzim tidak menentukan arah reaksi.

f. Enzim adalah suatu protein

g. Enzim tidak tahan panas.  Enzim dapat bekerja dengan baik paa suhu 30 – 37oC dan akan bekerja lebih cepat pada suhu 50oC, namun kerja enzim akan menurun pada suhu 60 – 70oC.  

h. Enzim dipengaruhi oleh lingkungan 


Cara Kerja Enzim

Berdasarkan kerjanya pada makhluk hidup enzim dibedakan:

Enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerja di dalam sel, misalnya enzim katalase. 

Enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang melakukan fungsinya di luar sel, misalnya enzim amilase (enzim pencernaan).


Kerja enzim adalah mengkatalis reaksi yaitu meningkatkan kecepatan reaksi dengan menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi).  Penurunan energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. 







          Energi reaktan


                                                                                                                               Terjadi perubahan energi 


Secara sederhana proses kerja enzim adalah sebagai berikut:

Enzim enzim  akan berikatan dengan substrat lain untuk membentuk produk kembali

                             Enzim substrat              

Substrat produk



Teori tentang Cara Kerja Enzim

Ada dua teori yang menjelaskan tentang cara kerja enzim, yaitu teori lock and key dan teori induced fit.

a. Teori lock and key (kunci dan anak kunci)

Teori lock and key dikemukakan oleh Emil Fischer.  Mekanisme kerja enzim menurut teori lock and key adalah sebagai berikut:

Sisi aktif enzim diibaratkan seperti kunci sedangkan substrat diibaratkan seperti anak kunci.  

Substrat masuk ke sisi aktif enzim, sehingga terjadi kompleks enzim substrat dimana substrat dan sisi aktif enzim tampak menyatu seperti kunci dan anak kunci.  

Setelah terjadi reaksi, misalnya pemecahan dengan memisahkan salah satu ikatan dari substrat, molekul hasil reaksi yang berasal substrat akan keluar, karena sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan sisi aktif substrat.


         Substrat                          produk 




          Enzim                      kompleks enzim substrat


Gambar kerja enzim berdasarkan teori lock and key




















b. Teori induced fit.

Teori induced fit dikemukakan oleh Daniel Koshland.  Teori induced fit ini menyatakan bahwa setiap molekul substrat mempunyai permukaan yang hampir pas  dengan permukaan sisi aktif enzim.  Jika substrat masuk ke dalam sisi aktif enzim dan membentuk kompleks enzim substrat, maka sisi aktif akan mengubah bentuk dengan sendirinya.   Dengan demikian permukaan molekul substrat akan pas dengan sisi aktifnya, sehingga pemutusan atau penggabungan ikatan kimia pada substrat akan berjalan lebih efektif. 


         Substrat                            produk 




          Enzim                      kompleks enzim substrat


Gambar kerja enzim berdasarkan teori induced fit

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim 

(1) Suhu.  Peningkatan suhu akan mempercepat terjadinya reaksi.  Namun kecepatan kerja enzim memiliki suhu maksimal. Suhu optimal enzim adalah 40oC.  Peningkatan suhu menyebabkan kecepatan reaksi akan melambat dan dapat menyebabkan terjadinya denaturasi pada enzim. Denaturasi adalah rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya. Denaturasi bersifat irreversibel (tidak dapat kembali)









                                                                               


                                                                                                                            









     Normal                                   denaturasi 

(2) pH

Setiap jenis enzim memiliki pH optimum yang berbeda dengan enzim jenis lain.  Perubahan pH menyebabkan terjadinya denaturasi enzim. 

(3) Aktivator, merupakan molekul yang memudahkan ikatan antara enzim dengan substrat, misalnya ion klorida yang berperan dalam memacu aktivitas enzim amilase  dalam saliva.

(4) Inihibitor, merupakan molekul yang menghambat ikatan enzim dengan substrat, misalnya ion sianida yang menutupi sisi aktif enzim yang terlibat dalam  respirasi.  

Inhibitor dibedakan 2 macam, yaitu:

Inhibitor kompetitid (competitif inhibitor), yaitu molekul penghambat yang cara kerjanya bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Misalnya sianida bersaing untuk memperoleh hemoglobin dalam respirasi. Inhibitor kompetitif dapat diatasi dengan menambahkan konsentrasi substrat.

Inhibitor non kompetitif (noncompetitif inhibitor), yaitu molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif, sehingga bentuk enzim berubah dan sisi aktif tidak berfungsi. Inhibitor jenis ini tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. 

(5) konsentrasi enzim, semakin besar konsentrasi enzim semakin cepat reaksi berlangsung. 


 


(6)  konsentrasi substrat.  Peningkatan konsentrasi substrat akan mempercepat kerja enzim sehingga kecepatan reaksinya semakin cepat.  Namun kecepatan reaksi memiliki titik jenun atau kecepatan reaksi maksimum (V max), meskipun terjadi peningkatan konsentrasi substrat.









Zat activator dan inhibitor 

a. Zat activator 

Zat activator merupakan molekul yang mengaktifkan kerja enzim.  Zat activator ini akan bergabung dengan enzim pada tempat yang disebut sisi alosterik.   Zat activator ini umumnya disebut efektor alosterik.  Adanya penggabungan antara efektor alosterik dengan enzim ini akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk molekul enzim sehingga sisi aktif enzim akan pas dengan substratnya.  Dengan demikian kerja enzim lebih efektif.  


b) Zat inhibitor 

Zat inhibitor merupakan zat yang menghambat kerja enzim.  Berdasarkan  cara kerjanya, zat inhibitor ini dikelompokkan 2, yaitu inhibitor nonkompetitif dan inhibitor kompetitif.

1) Inhibitor kompetitif

Inhibitor kompetitif berkompetisi dengan substrat kerena memiliki sisi molekul yang hampir sama dengan sisi molekul substrat.   Dengan demikian terjadi persaingan antara inhibitor kompetitif dengan substrat untuk bergabung dengan sisi aktif enzim. 

2) Inhibitor nonkompetitif

Inhibitor nonkompetitif tidak berkompetisi dengan substrat karena tidak menghambat sisi aktif enzim, tetapi bergabung dengan sisi lain yang menyebabkan berubahnya bentuk enzim dan sisi aktifnya.  Dengan demikian sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya.  Hal ini menyebabkan enzim tidak dapat mengkatalis substrat.  


              Substrat                      inhibitor kompetitif substrat

 



                 Enzim enzim


                                                           Inhibitor nonkompetitif


METABOLISME

Pengertian Metabolisme 

Metabolisme adalah serangkaian reaksi kimia yang terjadi di dalam sel tubuh yang diawali oleh substrat awal dan diakhiri oleh dengan produk akhir.  Reaksi kimia yang terjadi di dalam sel pada proses metabolisme berjalan satu arah dan tidak bersifat bolak-balik.  


Misalnya :     A→B B→C C→D D→E

Berdasarkan tujuannya, metabolisme dibedakan 2 macam, yaitu katabolisme dan anablisme.


Berikut tabel perbedaan katabolisme dengan anabolisme

Katabolisme Anabolisme

Divinisi Serangkaian reaksi kimia yang bertujuan untuk pembongkaran atau penguraian suatu molekul Serangkaian reaksi kimia yang bertujuan untuk penyusunan atau sintesis suatu  molekul 

Sifat Eksergonik (menghasilkan energi) Endergonik (memerlukan energi)

Fungsi - Menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain 

- Menyediakan energi kimia yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan Membentuk zat organik (zat makanan) seperti karbohidrat, lemak, dan protein dari zat anorganik

Dalam metabolisme diperlukan enzim untuk mempercepat laju reaksi.


1.  KATABOLISME 

Pengertian Katabolisme

Katabolisme merupakan  penguraian atau pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa lebih sederhana dengan hasi akhir berupa energi.  

Yang termasuk proses katabolisme adalah

a. Respirasi, disebut juga desimilasi atau respirasi aerob, karena memerlukan oksigen. 

b. Fermentasi, disebut juga respirasi anaerob atau pernapasan  intramolekul, karena tanpa menggunakan oksigen 


A.  RESPIRASI SEL

Respirasi Aerob (menggunakan Oksigen)

Respirasi merupakan proses pengubahan energi melalui proses oksidasi dengan menggunakan oksigen.


Respirasi dibedakan atas 

respirasi eksternal, terjadi diparu-paru

respiasi internal, terjadi di dalam  sel yaitu pada organel sel yang bernama mitokondria.


Tujuan respirasi adalah untuk proses oksidasi (pembakaran) pada metabolisme sel sehingga dihasilkan energi atau ATP (Adenosin Ttri Phospat).   Energi dibutuhkan untuk berbagai aktivitas makhluk hidup.    


Reaksi respirasi adalah :

C6H12O6 +6O2      →    6CO2 + 6H2O  + 36 ATP


Respirasi aerob (atau dikenal respirasi saja) terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap glikolisis, siklus Krebs, dan transfer electron. 


a. Glikolisis 

Glikolisis merupakan proses pengubahan satu molekul glukosa beratom 6 C (monosakarida) menjadi 2 molekul asam piruvat (senyawa beratom 3C),   2 NADH, dan 2 ATP.  

Proses glikolisis  terjadi di sitoplasma secara anaerob.

Tahap glikolisis ini terjadi dua langkah reaksi, yaitu langkah memerlukan energi dan langkah melepaskan energi. 2 molekul ATP diperlukan untuk mentransfer gugus fosfat ke glukosa,sehingga glukosa memiliki simpanan energi yang lebih tinggi.  Energi tersebut diperlukan untuk reaksi selanjutnya, yaitu reaksi pelepasan energi.

Proses glikolisis meliputi 9 tahap reaksi yang melibatkan enzim yang berbeda-beda.  

Tahap glikolisis tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Glukosa (senyawa 6C) diubah menjadi glukosa-6-fosfat.  Pada tahap ini dipakai 1 molekul ATP.

(2) GLukosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-6-fosfat

(3) Fruktosa – 6- fosfat diubah menjadi fruktosa – 1,6 – bifosfat.  Pada tahap ini dipakai 1 mol ATP.

(4) Fruktosa -1,6-bifosfat  barubah menjadi 2 molekul fosfogliseraldehid (PGAL), molekul yang mempunyai 3 atom C. 

(5) Fosfogliseraldehid (PGAL) berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat dan menghasilkan NADH.

(6) 1,3-bifosfogliserat berubah menjadi 3-fosfogliserat (PGA) dan masing-masing menghasilkan  1 molekul ATP.

(7) 3-fosfogliserat (PGA) berubah menjadi 2-fosfogliserat.

(8) 2-fosfogliserat berubah menjadi 3 fosfoenol-piruvat (PEP).

(9) 3 fosfoenol-piruvat  (PEP) berubah menjadi piruvat (3 atom C), yang menghasilkan ATP.


Secara ringkas reaksi glikolisis adalah:

Glukosa →glukosa-6 fosfat →2 piruvat


Reaktan

Produk

C6H12O6 2C3H4O3(piruvat)

+2NAD+ +2NADH + 2H+

+2ADP + 2 Pi +2ATP   

+2H2O


Secara ringkas proses glikolisis adalah:

Proses pengubahan satu molekul glukosa beratom 6 C (monosakarida) menjadi 2 molekul asam piruvat (senyawa beratom 3C),  2 NADH, dan   2 ATP.  

Energi total yang dihasilkan adalah 4 ATP, tetapi 2 ATP telah digunakan pada awal glikolisis, dengan demikian hasil bersih yang dihasilkan adalah 2 ATP.

Hasil bersih dari glikolisis adalah 2ATP dan 2 NADH.  

Untuk katabolisme glukosa terhadap dua molekul asam piruvat, seluruhnya berubah menjadi energi bebas, ∆G yaitu 140 kkal per mol glukosa yang dioksidasi. 

 

Gambar proses glikolisis 


b. Siklus Krebs (siklus asam sitrat)

Siklus krebs merupakan reaksi melingkar tahap kedua dalam respirasi aerob yang menghasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.

Siklus Krebs pertama kali diteliti oleh Hans Krebs (1931)

Siklus Krebs   terjadi setelah terbentuk dua molekul asam piruvat dari glikolisis.  Asam piruvat yang terbentuk dari glikolisis akan masuk ke dalam mitokondria untuk mengalami tahap ke dua yaitu siklus Krebs.

Siklus Krebs memiliki 8 langkah, terjadi di kompartemen dalam mitokondria.  Setiap langkah dikatalis oleh enzim khusus di dalam matriks mitokondria dan energi yang dihasilkan dilepaskan pada Krista (membrane dalam mitokondria) 


Proses siklus Krebs  adalah sebagai berikut:

1) Asam piruvat masuk ke dalam  kompartemen mitokondria.   Asam piruvat (3C) kemudian melepaskan gugus karboksil (COO-), berupa CO2 dan berikatan dengan koenzim A membentuk aseti KoA.  Sebelumnya electron dan hidrogennya bergabung dengan NAD+  menjadi NADH.  

2) Asetil KoA masuk ke silkus krebs yang ditransfer ke molekul oksaloasetat (4C) membentuk sitrat (6C).  Sitrat (6C) berubah menjadi isositrat (6C).

3) Isoitrat (6C) berubah menjadi  - ketoglutarat (5C), menghasilkan CO2.  sementara hydrogen dan elektronnya bergabung dengan dengan NAD+ menjadi NADH.

4) - ketoglutarat (5C) melepaskan satu atom C berupa CO2.  Elektron dan hidrogennya bergabung dengan NAD+ menjadi NADH, sedangkan fragmennya bergabung dengan Koenzim A membentuk  suksinil KoA (4C).  Sampai pada tahap ke 5 ini, atom C yang keluar (berupa CO2) sudah 3 buah. Seimbang dengan atom 3C (berupa piruvat) yang masuk ke mitokondria.  

5) Suksinil KoA berubah menjadi suksinat (4C) menghasilkan ATP

6) Suksinat (4C) berubah menjadi fumarat (4C).  electron yang keluar ditangkap oleh FAD membentuk FADH2.

7) Fumarat (4C) dengan air berubah menjadi malat (4C).

8) Malat  (4C) berubah menjadi oksalo-asetat (4C).  Elektron dan hidrogennya ditransfer ke NAD+, membentuk NADH. Asam oksaloasetat akan digunakan dalam siklus krebs selanjutnya. 


Secara ringkas reaktan dan produk yang diperoleh dari siklus krebs adalah:

Reaktan

Produk

2C3H4O3(piruvat) 6CO2

2 ADP + Pi 2 ATP

8 NAD+ + 8 H 8NADH

2 FAD + 4 H 2 FADH2





 

Gambar proses siklus Krebs


c. Transfer electron

Transfer electron adalah tahap terakhir dari respirasi aerob ketika electron darihasil reaksi siklus krebs dialirkan berturut-turut pda enzim dan kofaktor membrane dalam mitokondria yang menyebabkan terjadinya gradient electron yang mendorong sintesis ATP.

Tahap transfer electron terjadi di ruang intermembran mitokondria 


Tujuan Transfer electron

MENGUBAH SENYAWA nadh DAN fadh MENJADI atp dengan cara mentransfer electron 

NADH harus dipecah dahulu NAD +  H+ + elektron


Tahap-tahap transfer electron adalah sebagai berikut:

Reaksi tahap transfer electron diawali ketika NADH dan FADH2 memberikan ion H+ dan electron pada system transport, electron tersebut ditransportasikan dari enzim ke enzim berikutnya.  Sedangkah H+ akan terpompakan ke kompartemen luar.

Akibatnya konsentrasi H+ di luar lebih tinggi dibandingkan konsentrasi H+ di dalam.   

Karena terjadi perbedaan gradient elektronik pada membrane, maka melalui protein ATP sintase, H+ dipompakan kembali  ke kompartemen dalam.  

Arus balik H+ ini menghasilkan energi bebas yang akan digunakan untuk membentuk ATP dari ADP dan P.

Pada enzim terakhir ion H+ akan bergabung dengan O2 membentuk H2O. 


Setiap oksidasi, 1 molekul NADH menghasilkan3 molekul ATP.  

ATP yang dihasilkan dalam transfer electron adalah 34 ATP.


 

Gambar mekanisme transfer electron 


Secara ringkas reaktan dan produk yang diperoleh dari siklus krebs adalah:

Reaktan

Produk

8NADH+ 2 ATP + 2Pi 8 NAD++ 4 ATP + 8H

2 FADH2+ 2 ADP + 2Pi 2 FAD + 8 ATP + 4H

6O2 + 24 H 12 H2O

Jumlah total ATP yang dihasilkan selama respirasi adalah 36 ATP dengan rincian:

Glikolisis : 2 ATP + 2 NADH      = 2 ATP + (2 x 3 ATP) = 8 ATP

Siklus krebs : 2 ATP + 6 NADH + 2 FADH  = 2 ATP + (18 ATP + 4 ATP) = 24 ATP

Piruvat : 2 NADH = 6 ATP

       Total   38 ATP

2 ATP digunakan untuk memasuki mitokondria. Sehingga total energi yang dihasilkan  adalah 36 ATP


( 1 NADH setara dengan 3 ATP, 1 FADH setara dengan 2 ATP)



Persamaan reaksi pemecahan glukosa selengkapnya adalah:

C6H12O6 +6O2 +  6H2O      →    6CO2        +     12H2O  + 36 ATP

       Gkukosa  oksigen  air            karbondioksida    air           energi


1 molekul ATP menghasilkan total energi 36 x 7 = 252 kkal.  

Energi dari 1 molekul glukosa sekitar 38% tersimpan dalam bentuk ATP.  Selebihnya sekitar 62% energi hilang dalam bentuk panas. 

 

Gambar ringkasan respirasi sel di mitokondria


Keterkaitan antara Katabolisme Karabohidrat, Lemak, dan Protein 

Katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, bertemu pada jalur siklus Krebs dengan terbentuknya asetil koA yang menjadi bahan baku siklus krebs untuk menghasilkan energi. 


Perbandingan energi yang dihasilkan oleh katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Di bandingkan protein dan karbohidrat, lemak lebih memberikan  rasa kenyang karena kemampuan metabolisme lemak  untuk menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan metaboilisme karbohidrat dan protein.   Lemak adalah senyawa karbon yang paling mudah tereduksi, dengan demikian lemak lebih banyak menyimpan energi dan jika dibakar sempurna akan membebaskan energi lebih banyak, sedangkan karbohidrat dan protein adalah senyawa yang lebih teroksidasi.  


 

a. katabolisme karbohidrat            b. Katabolisme  lemak     c. Katabolisme protein


Respirasi Anaerob atau Fermentasi (Tanpa Oksigen)

Fermentasi atau respirasi anaerob merupakan pemecahan molekul atau perubahan glukosa tanpa bantuan oksigen (anaerob) melalui tahap glikolisis dan pembentukan NAD.

Energi yang dihasilkan melalui fermentasi lebih kecil dibandingkan energi yang dihasilkan melalui respirasi aerob.  

Organisme yang melakukan fermentasi antara lain beberapa jenis bakteri nonfotosintetik yang sel-selnya tidak memiliki mitokondria.  

Ada 3 macam fermentasi, yaitu: fermentasi alcohol, fermentasi asam laktat, dan fermentasi asam cuka.


1. Fermentasi alcohol 

Fermentasi alcohol diawali dari proses glikolisis yang menghasilkan asam piruvat.

Piruvat akan diubah menjadi asetal dehid dengan membebaskan CO2.  

NADH yang dihasilkan selama glikolisis akan memberikan electron dan H+nya bergabung bersama asetil dehid membentuk etanol.  Pembentukan etanol dilakukan melaui dua tahap, yaitu saat pembebasan CO2 dan saat pengurangan asetaldehid oleh NADH menjadi etanol.

Mikroba yang melaksanakan fermentasi alcohol adalah:

Ragi (Saccharomyces cerevisiae) yang digunakan untuk pembuatan roti.  Roti menjadi empuk, karena menghasilkan banyak CO2

Saccharomyces ellipsoideus digunakan untuk membuat minuman dari anggur yang dapat menghasilkan alcohol hingga konsentrasinya mencapai 14%.

 



2. Fermentasi asam laktat

Fermentasi asam laktat dimulai dengan proses glikolisis yang menghasilakan 2 molekul piruvat, 2 molakul NADH, dan 2 molekul ATP.  Piruvat kemudian akan direduksi oleh NADH menjadi asam laktat.  

Reaksinya adalah sebagai berikut:

 


Reaksi kimia respirasi anaerob pada Lactobacillus sp adalah sebagai berikut

C5H12O6              2CH3CHOHCOOH + energi

(Glukosa)              (asam susu/asam laktat)


                                                              dehidrogenase

Asam piruvat + NADH2                       asam laktat + NAD + energi 

                                                              Asam susu


Teknologi fermentasi asam laktat ini dibunakan untuk fermentasi susu dengan bantuan beberapa jenis bakteri laktat sehingga dihasilkan susu asam, yoghurt, dan keju. 


Asam laktat dihasilkan juga di dalam tubuh manusia, yaitu pada sel otot yang mengalami kelelahan.   Asam laktat selanjutnya di angkut darah menuju hati untuk diubah kembali menjadi asam piruvat.


3. Fermentasi asam cuka

Fermentasi acam cuka menggunakan substrat berupa etanol.  Oleh bakteri asam cuka, etanol diubah menjadi asam cuka.


Reaksi kimia perubahan etanol menjadi asam cuka adalah sebagai berikut:

                                    Acetobacter sp

CH3 – CH2 – OH + O2       →         CH3COOH + H2O + 16 KKal

            Etanol                    asam cuka 



2.  ANABOLISME

Anabolisme adalah proses penyusunan atau sintesis senyawa kompleks (zat organic) dari senyawa sederhana (zat anorganik) yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup. 


Organisme yang melakukan sintesis atau penyusunan zat makanan ini adalah organisme autotrof (organisme yang dapat membuat makanan sendiri) yang meliputi tumbuhan dan beberapa jenis bakteri. 


Sintesis zat makanan ini memerlukan bahan dasar, yaitu CO2, H2O, dan energi.  Berdasarkan energi yang digunakan untuk melakukan sintesis, penyusunan zat makanan ini dibedakan 2 yaitu:  

Fotosintesis, jika energi yang digunakan berasal dari cahaya matahari.  Organisme yang melakukan fotosintesis disebut fotoautotrof, yang meliputi tumbuhan berklorofil 

Kemosintesis, jika energi yang digunakan berasal dari energi kimia. Organisme yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrof, yang meliputi beberapa jenis bakteri yang tidak berklorofil.


FOTOSINTESIS 

Pengertian Fotosintesis

Fotosintesis berasal dari kata foton = cahaya dan sintesis = pembentukan.  Fotosintesis adalah penyusunan senyawa organic dengan bantuan energi cahaya (cahaya matahari).  Fotosintetis terjadi pada kloroplast.   

 

Gambar proses dan reaksi fotosintesis 



Yang diperlukan dalam proses fotosintesis antara lain:

- cahaya

- pigmen fotosintesis (klorofil)

- CO2 (karbondioksida)

- H2O (uap air)

- Beberapa perangkat yang berhubungan dengan fotosintesis yang disebut fotosistem.   


a. Cahaya Matahari

Cahaya matahari memiliki berbagai spectrum warna.  Namun spectrum warna yang cocok untuk fotosintesis adalah merah, nila, biru, dan violet.  Warna lain yang dibutuhkan untuk fotosintesis adalah infra merah.  Namun hanya dibutuhkan oleh bakteri fotosintetik.  


b. Pigmen Fotosintesis 

Fotosintesis hanya terjadi pada sel yang mengandung pigmen hijau atau klorofil.  Klorofil atau pigmen hijau daun terdapat pada kloroplas.  Kloroplast banyak terdapat pada perenkim palisade dan parenkim spons pada daun.  

   




Struktur Kloroplast

 


Ciri-ciri kloroplast antara lain. 

Kloroplast memiliki panjang sekitar  7  dan lebar sekitar 3  .  

Kloroplast memiliki membrane ganda

Bagian dalam kloroplast terdapat cairan yang disebut stroma dan membrane dalam yang berpasangan yang disebut lamella. 

Lamella dapat membesar secara teratur dan  membentuk gelembung yang  kemudian membungkus suatu membrane.  Membran tersebut disebut membrane tilakoid.  Di dalam membrane tilakoid terdapat pigmen fotosinteis (klorofil).  Terjadinya perubahan energi cahaya menjadi energi kimia pada proses fotosintesis ini terjadi di membrane tilakoid

Membran tilakoid tersusun seperti tumpukan yang disebut grana.


Di dalam grana terdapat klorofil   dan  klorofil   yang saling berkelompok dengan perbandingan 12 : 1 dan 1 : 2..  Berdasarkan perbandingannya klorofil dibedakan:

a. fotosistem I  jika perbandingan klorofil   dan  klorofil   adalah 12 : 1.  fotosistem I mampu menerima panjang gelombang 700 - 680 nm

b. fotosistem II  jika perbandingan klorofil   dan  klorofil   adalah 1 : 2.

Fotosistem II mampu menerima panjang gelombang 640 - 340 nm


Reaksi fotosintesis

Reaksi fotosintesis adalah sebagai berikut:

                                                                                   Klorofil 

6CO2    +   12H2O + energi cahaya     →     C6H12O6 + 6O2 + 6H2O

karbondioksida          air                                                                         glukosa             oksigen           air 


Reaksi fotosintesis terdiri lebih kurang 20 reaksi.  Namun ahli botani mengelompokkan 20 reaksi tersebut menjadi dua tingkatan reaksi, yaitu:

  Reaksi cahaya (reaksi terang) dan 

18ADP + 18Pi + 12 NADP+ + 12H2O  →   18 ATP + 12 NADPH + 6O2 + 6H2O

  Siklus calvin (reaksi sintesis atau reaksi gelap).

6O2 + 6 akseptor +18 ATP + 12 NADPH  →   C6H12O6 + 18ADP + 18Pi + 12 NADP+ + 6 akseptor 


Reaksi Terang dan Reaksi Gelap pada Fotosintesis


1) Reaksi Terang

Reaksi terang  merupakan reaksi atau peristiwa pada saat energi matahari digunakan  oleh pigmen fotosintesis

Reaksi terang  pertama kali diteliti oleh Hill, sehingga dikenal dengan reaksi Hill.  

Reaksi terang terjadi di grana (bagian dari kloroplas yang berupa membrane-membran tilakoid yang tersusun seperti tumpukan).

Reaksi terang menghasilkan ATP dan NADPH.


Proses Reaksi terang adalah sebagai berikut

Tumbuhan memerlukan fotosistem (molekul protein yang tertanam pada membrane tilakoid) untuk menangkap sinar foton dari matahari

Saat sinar foton mengenai fotosistem, salah satu electronnya akan keluar (tereksitasi).  Ketika electron tersebut kembali ke kedudukan semula, electron tersebut mengeluarkan energi. 

Energi tersebut digunakan untuk fotolisis  atau memecahkan molekul air (H2O)  menjadi 2H+, O2, dan electron (e-).

Eletron yang terbebaskan (e-) tersebut  akan  terjadi system transport yang melewati 2 lintasan, yaitu lintas siklik dan lintas noksiklik

Lintas siklik

Lintasan atau transportasi siklik hanya terjadi pada fotosistem I (P.700).

Proses lintasan siklik adalah sebagai berikut:

Fotosistem I menerima cahaya sehingga menyebabkan elektronnya tereksitasi 

Elektronnya tersebut ditangkap  dan diteruskan ke akseptor berupa ferodoksin (fd) dan plastoquinon  (pq), kemudian diteruskan ke plastosinin (fc).  

Elekton kemudian dikembalikan ke fotosistem I. 

Selama berlangsung lintasan elekton ini  terjadi pembebasan energi.  Energi tersebut digunakan untuk menggabungkan ADP dengan P menjadi ATP.  Dengan demikian prosesnya disebut fotofosforilasi atau fotofosforilasi siklik.  

Lintasan siklik disebut juga cara memproduksi ATP  yang paling klasik. Dalam hal ini klorofil pusat atau klorofil pemberi electron adalah P.700.  Lintasan elekton dimulai dari P.700 dan kembali pada P.700.  

Dari lintasan siklik dihasilkan ATP. 


Lintas nonsiklik

Lintasan noksiklik atau transportasi nonsikilk dilakukan oleh seluruh tanaman tinggi.  

Pada lintasan  nonsiklik diperlukan 2 fotosistem, yaitu fotosistem I (P.700) dan fotosistem 2 (P.680).  

Proses lintasan nonsiklik adalah sebagai berikut:

Foton dari sinar matahari menyebabkan fotosistem 2 (P.680) mengelurkan elektronnya yang akan  menguraikan H2O menjadi electron dan H+ serta oksigen

Electron yang terbebaskan dari fotolisis ini akan ditangkap oleh fotosistem II.  

Elektron dari fotosistem II kemudian diteruskan ke sitokrom dan plastoquinon (pq) memasuki fotosistem I.  

Elekron yang tiba di fotosistem I P.700 menyebabkan fotosistem I tereksitasi dan melepaskan elektronnya.  Electron tersebut akan diteruskan ke NADP sehingga menjadi NADP -.  

NADP   tersebut kemudian akan bergabung dengan H+ dari fotolisis air sehingga menghasilkan NADPH.  Kurangnya electron pada fotosistem I  ini akan disuplai dari fotosistem II.  


Dari hasil lintasan nonsiklik dihasilkan ATP dan NADPH.


Dengan demikian pada reaksi terang terjadi beberapa proses, yaitu:

a. fotolisis air 

b. fosforilasi fotosintesis (pembentukan ATP)

c. pembentukan NADPH. 


2) Reaksi Gelap

Reaksi gelap adalah reaksi yang tidak memerlukan cahaya.  Terjadinya reaksi gelap di dalam stroma.  Reaksi gelap pertama kali ditemukan oleh Calvin dan Benson. Dengan demikian reaksi gelap disebut juga reaksi Calvin-Benson

Tahap-tahap yang terjadi pada reaksi gelap (Calvin-Benson) adalah sebagai berikut:

a. Tahap fiksasi CO2

Pada tahap ini CO2 akan berdifusi ke dalam daun.  CO2 kemudian akan difiksasi oleh RuBP (Ribulose Biphosphat; suatu molekul yang mengandung atom 5C) sehingga terbentuk molekul fosfogliserat (PGA)

b. Tahap reduksi PGA

Pada tahap ini PGA direduksi oleh NADPH2 dengan tambahan ATP dari reaksi terang sehingga terbentuk fruktosa-1,6-difosfat.  Senyawa ini selanjutnya berubah menjadi senyawa gula, seperti glukosa dan fruktosa. 

c. Tahap regenerasi

PGA yang dihasilkan akan membentuk kembali RuBP yangakan memfiksasi gas CO2.

Hasil dari reaksi gelap (Reaksi Calvin-Benson) adalah:

  • RuBP yang cukup banyak untuk memfiksasi CO2 dari udara.  
  • Molekul karbon berenergi tinggi berupa glukosa, fruktosa, ataupun amilum.  Gula fosfat  yang dihasilakan meruapkan bahan dasar pembentuk sukrosa, pati, atau sellulosa. 


Faktor-Faktor yang  Mempengaruhi Fotosintesis 

Faktor yang mempengaruhi fotosintesis dibedakan 2 macam, yaitu: factor hereditas dan factor lingkungan

  1. Faktor hereditas meruapkan factor yang berasal dari dalam individu yang bersangkutan.  Pengaruh faktor hereditas ini lebih dominant dibandingkan factor lingkungan.
  2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi fotosintesis antara lain:

    • Suhu; fotosintesis idealnya pada suhu 28 – 30 oC.  Fotosintesis tidak dapat berlangsung jika suhu dibawah 5 oC atau diatas 50 oC. 
    • Intensites cahaya dan lamanya pencahayaan
    • Kandungan O2 dan CO2  dan H2O; Semakin banyak kandungan O2 dan CO2  dan H2O maka intensitas fotosintesis akan semakin meningkat.
    • Kandungan mineral tanah; berhubungan dengan pembentukan klorofil.  Semakin banyak mineral tanah maka intensitas fotosintesis akan semakin meningkat. 

KEMOSINTESIS

Kemosintesis merupakan proses sintesis atau penyusunan senyawa organic dari senyawa anorganik yang menggunakan energi kimia.  Energi kimia yang digunakan dalam kemosintesis merupakan hasil dari reaksi oksidasi.   

Organisme yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrof.  Organisme autotrof memperoleh sumber energinya dari oksidasi zat organic.  

Organisme yang termasuk kemoautotrof antara lain:

  • Bakteri besi, yang memperoleh energi kimia dengan mengoksidasi ferro (Fe2+) menjadi ferri (Fe3+).
  • Bakteri nitrogen, antara lain Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrobacter, memperoleh energi dari mengoksidasi amoniak (NH4) dan NH3 menjadi NH2 + H2O + ATP, 
  • Sedangkan Nitrobacter memperoleh energi dari pengubahan Nitrit (NO2) menjadi nitrat (NO3)
  • Bakteri belerang mendapatkan energi dari oksidasi H2S


DOWNLAOD MATERI